Prasati Beraksara Thailand

Prasasti I Andezetic boulder, berukuran 122 x 46 x 56 cm (tebal di atas permukaan tanah), bulat memanjang, tidak ada pengerjaan permuaan batu (natural), guratan tulisan berelief dangkal.

Prasasti II Andezetic boulders, permukaan rata terdiri dari bidang- bidang mendatar dan tegak, bulat memanjang, berukuran 202 x 96 x 67 Cm.

Prasasti I berada dalam posisi membujur hampir simetris dengan aliran Sungai Cikapundung, terletak relatif tinggi daripada prasasti II, tulisan hanya pada satu bidang permukaan batu, tersusun dalam dua baris. Baris atas berupa pahatan inisial sedangkan pada baris bawah adalah nama Raja Chulalongkorn II (Rama V) dari Thailand mengunjungi Curug Dago pertama kali pada tahun 1896 (19 Juni B.E 2439). Dalam kunjungannya yang kedua kali pada tahun 1901 (6 Juni B.E 2444) Baginda Raja menorehkan parfnya yang dilengkapi dengan tahun Rattanakosin (Bangkok) Era 120 diatas batu.

Prasasti II terukir nama Raja Prajadipok (Rama VII) dari Thailand mengunjungi curug Dago pada tahun 1929 (12 Agutus B.E 2472) untuk melihat batu yang terukir Ayah handanya Raja Chulalongkorn, kemudian Rapa Prajadipok ikut menorehkan parafnya yang dilengkapi tahun BE 2472.

Dengan demikian, maka tujuan penulisan kedua prasasti di Curug Dago yang memuat nama kedua Raja dan Pangeran itu menjadi jelas yaitu merupakan penghormatan terhadap kedua tokoh tersebut, lengkap dengan penulisan inisial, angka tahun serta catatan usia kedua tokoh. Memang ada tradisi yang menyatakan bahwa pada umumnya apabila seorang Raja Thai menemukan tempat panorama yang indah, maka biasanya di tempat tersebut Sang Raja melakukan semedi dan kadang kala menuliskan nama atau hal lain yang dianggap penting. Sekaligus merupakan kenangan dan pengakuan atas kekeramatan/kesucian tempat tersebut., seperti yang diungkapkan oleh bhiksu Pravithamtor dari Vihara Menteng Jakarta Pusat.

Mengenai tempat prasasti, dapat dianggap sebagai sesuatu yang telah menjadi kebiasaan, yakni pada tempat-tempat yang dianggap keramat/disucikan, yang dapat berbentuk dataran di tepi sungai atau diapit kedua sungai, di atas bukit, di lereng atau di puncak gunung atau bahkan pada tempat datar yang di tinggikan. Kedua prasasti Curug Dago terletak di tebing sungai Cikapundung. Dilihat dari segi penempatannya atau lokasi keletakannya, apabila kedua prasati tersebut memang dibuat dalam rangka kunjungan Raja Thai dan rombongan pada tahun 1896, tentu pada waktu itu jalan menuju ke Curug Dago amatlah sulit dan nyaris mustahil untuk dilakukan oleh elite Kerajaan apalagi dari luar negeri (mancanegara).

(Drs Halwany Michrob, M. Sc. Prasasti beraksara Thai di situs Curug Dago, 1991)