Burung Raja Udang Biru, Alcedo coerulescens
Raja-udang Biru dengan nama latin Alcedo coerulescens termasuk salah satu jenis atau suku dari Alcedinidae. Suku ini kabarnya telah dipisahkan dari golongan burung Cekakak yang sekarang ini sudah dimasukkan ke dalam suku Halcyonidae.
Burung cekakak dan raja udang yang sama sama disebut dengan kingfisher masuk dalam sub-ordo Alcedines. Perbedaan dari jenis burung raja udang dan cekakak yaitu, cekakak (keluarga Halcyonidae/tree kingfisher) memiliki ciri khas yaitu bagian tubuhnya besar dan juga lebih bersifat terrestrial. Kemudian untuk burung raja udang yang berasal dari keluarga Alcedinidae/river kingfisher ini juga lebih bersifat akuatik.
Secara umum burung raja udang biru menghuni lahan-lahan basah seperti daerah-daerah aliran sungai, Hutang mangrove, danau/telaga, rawa-rawa pesisir. Di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda burung ini sering dijumpai bertengger di sekitar aliran Sungai Cikapundung.
Karakteristik Burung Raja Udang Biru
Karakteristik burung raja udang biru ini memiliki tubuh dengan ukuran yang sangat kecil, kurang lebih 14 cm. Tubuh bagian atas dan garis dada biru kehijauan tampak mengkilap. Mahkota serta penutup sayap bergaris hitam kebiruan. Sedangkan untuk bagian kekang, tenggorokan, serta bagian perut berwarna putih. Karakteristik burung raja udang biru ini memiliki iris berwarna coklat, paruh hitam, serta kaki merah.
Apabila raja udang ini sedang menukik ke dalam aliran air maka akan tampak bayangan biru kehijauan dari bulunya yang tampak seperti kilatan permata yang menawan. Makanan utama dari burung ini yaitu ikan, akan tetapi meskipun burung ini bernama Raja Udang tetapi burung ini tidak selalu memakan udang maupun ikan.
Sebagian diantara burung ini ada yang suka makan ular dan kadal akan tetapi sebagian lainnya ada yang menyukai serangga atau suka makan kepiting. Burung ini termasuk burung pemburu yang pandai. Sebab dari tempatnya bertengger burung ini selalu sabar menunggu mangsanya.
Fakta menarik Burung Raja Udang Biru
- Ada di seluruh indonesia
Gak cuma di Indonesia, burung ini juga tersebar luas di seluruh dunia, kecuali Antartika. Mereka mendiami wilayah beriklim tropis dengan habitat berupa hutan kanopi tertutup sampai perairan seperti wilayah pesisir, rawa bakau, danau, dan sungai.
Menurut Animal Diversity, keluarga raja-udang terdiri dari 91 spesies yang terbagi jadi 3 sub keluarga utama. Ada Alcedinidae yang meliputi raja-udang perairan, Halcyonidae yang tinggal di hutan-hutan Australis, dan Cerylinae dari Benua Amerika.
Indonesia sendiri jadi rumah bagi banyak spesies raja-udang. Dicatat laman Beauty of Birds, ada lebih dari tiga puluh spesies yang mendiami hutan-hutan Indonesia. Beberapa di antara yang paling umum ditemukan adalah cekakak jawa, cekakak belukar, pekaka emas, dan lain-lain.
- Ukurannya bervariasi dan ada yang cuma 10cm!
Dengan wilayah persebaran yang sangat luas dan habitat yang berbeda-beda, gak mengherankan kalau raja-udang punya ukuran yang bervariasi. Mulai dari yang paling besar, ada spesies raja-udang raksasa atau giant kingfisher. Dilansir laman The Spruce, raja-udang asli Afrika ini punya panjang 48 sentimeter.
Sementara itu, predikat spesies raja-udang terberat dipegang oleh laughing kookaburra yang tinggal di Australia. Beratnya bisa mencapai setengah kilogram. Lalu, spesies raja-udang terkecil adalah raja-udang kerdil afrika (Ispidina lecontei) dengan panjang cuma 10 centi dan berat 10,5 gram. Gemas!
- Teknik berburunya dramatis
Gak cuma keindahannya, raja-udang juga dikenal karena teknik berburunya. Burung ini biasanya bertengger diam di atas pohon untuk mengamati pergerakan mangsa di dalam air. Penglihatan tajamnya memungkinkan raja-udang melihat ke dalam air dengan jelas.
- Menu makanan sangat bervariasi
Gak cuma ikan, raja-udang juga memakan kodok, serangga, sampai reptil. Mereka bisa makan mangsa yang kelihatannya terlalu besar untuk dimakan. Amazon Kingfisher, misalnya, biarpun punya paruh dengan panjang 7 sentimeter, mereka bisa makan ikan dengan panjang 17 sentimeter tanpa kesusahan.
- Jadi inspirasi kereta Shinkansen
Siapa sangka kalau burung cantik ini menginspirasi para insinyur Shinkansen. Kereta peluru asal Jepang tersebut bisa menembus kecepatan 300 kilometer per jam. Sayangnya, kecepatan ini menimbulkan suara berisik, terutama ketika memasuki terowongan. Banyak warga yang jadi terganggu kala itu.
Yuk Kita Bagikan Informasi Ini
http://npurealoevera.wordpress.com http://npurecactus.wordpress.com , ttps://pelembabalamihalal.wordpress.com http://grammostolarosea.wordpress.com, https://jualslinganakantarantulapemula.wordpress.com, https://jualtarantulapemula.wordpress.com https://tokotarantula.wordpress.com , https://grosirtarantula.home.blog https://tarantula.siterubix.com, http://tarantulaindonesia.com, http://mthi.web.id, http://kinergi.co.id