Kondisi Umum dan Status Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda

AKSES

INFO

SPOT

PETA

RESERVASI

Kondisi Umum

Salah satu ekosistem hutan di cekungan Bandung yan sekarang masih dapat Kita nikmati sebagi hutan kota adalah kawasan Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Secara harfiah tertuang dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasu Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemmya. Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau/bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, pendidikan, menunjang budidaya, budaya pariwisata dan rekreasi.

LETAK DAN LUAS
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda terletak disebelah Utara kota Bandung berjarak ±7 Km dari pusat Kota, secara geografis berada 107^o30’ BT dan 6^o 52’ LS, secara administrasi berada di wilayah Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, Desa Cibodas, Desa Langensari, dan Desa Wangunharja Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat serta Kelurahan Dago Kecamatan Coblong Kota Bandung. Berdasarkan hasil rekontruksi tata batas Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda pada tahun 2003 luasnya adalah 526,98 hektar.
HIDROLOGI
Sumber air yang berada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda adalah sungai Cikapundung yang membentang sepanjang 15 Km dan lebar rata-rata 8 meter dengan debit air sekitar 3.000 m³/detik. Sungai Cikapundung merupakan anak Sungai Citarum yang berhulu di Gunung Bukit Tunggul, selain itu terdapat juga beberapa mata air yang bersumber dari kelompok Hutan Gunung Pulosari.
TOPOGRAFI
Sebagian besar kawasan merupakan ekosistem pinggir sungai (Riparian ecosystem), pada umumnya kondisi lapangan miring, dengan kelerengan (slope) agak curam sampai dengan ± 1350 m diatas permukaan laut.
BUDAYA
Penduduk asli di sekitar Tahura Ir. H. Djuanda adalah suku Sunda. Upacara adat pada umumnya masih dilakukan terutama pada saat pernikahan dan khitanan, terdapat beberapa kesenian seperti pencak silat, jaipongan, kecapi suling dan calung.
JENIS TANAH
Unsur tanah yang terkandung di areal Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda didominasi andosol, sebagian kecil gromosol yang peka terhadap erosi.
STATUS KAWASAN
Selain budaya prasejarah dan kondisi alam yang sudah terekam dan terlindungi, budaya modern pun ikut terekam di dalamnya karena tata ruang alaminya memang memadai yaitu dengan memanfaatkan kawasan untuk kepentingan militer pada masa perang dunia ke II dan digunakan untuk arboretum dalam lingkup Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda pada saat ini.

Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebelumnya merupakan kawasan hutan lindung Gunung Pulosari. Berdasarkan proses Verbal tanggal 22 september 1922 dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda melalui Bosche Wezem. Semenjak kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 secara otomatis status kawasan hutan negara dikelola Pemerintah Republik Indonesia melalui Jawatan Kehutanan.
IKLIM
Iklim meurut klasifikasi Schmidt Ferguson termasuk Type B, kelembaban nisbi udara berkisar antara 70% (siang hari) dan 90% (malam dan pagi hari), suhu berkisar antara 22⁰ C (di lembah) dan berkisar 18⁰C – 22⁰ C (di puncak). Curah hujan rata-rata pertahun 2.500 – 4.500 mm/tahun.

Kronologis Pengelolaan

Semula merupakan bagian dari kawasan Hutan Lindung Pulosari dengan proses Verbal tanggal 22 September 1922.
Kawasan Hutan Lindung ini dirintis pembangunannya sejak tahun 1960 oleh Bapak Mashudi (Gubernur Jawa Barat) dan Ir. Sambas Wirakusumah yang waktu itu menjabat sebagai Administratur Bandung Utara merangkap Direktur AIK, dan mendapat dukungan dari Bapak Ismail Saleh (Menteri Kehakiman) RI dan Bapak Sujarwo (Menteri Kehutanan RI) dari perambahan tanah kehutanan oleh mereka yang tidak bertangung jawab.
Tahun 1963 pada waktu meninggalnya Ir. H. Djuanda, oleh Bapak Mashudi selaku Gubernur Jawa Barat, Hutan lindung tersebut diabadikan namanya menjadi Kebun Raya Rekreasi Ir. H. Djuanda. Untuk mengenang jasa-jasanya, pada waktu itu pula jalan Dago dinamakan Taman Ir. H. Djuanda.
Dalam kerjasama pembangunan Kebun Raya Rekreasi Ir. H. Djuanda dilibatkan Botanical Garden Bogor, dengan menanam koleksi tanaman yang ada di Bogor.
Pada tanggal 23 Agustus 1965 diresmikan oleh Bapak Mashudi sebagai Kebun Raya Rekreasi sebagai embrio Tanaman Hutan Raya Ir. H. Djuanda seluas ±30 hektar, dikelola oleh Dinas Kehutanan (dulu Jawatan Kehutanan Provinsi Jawa Barat)
Tahun 1978 dari Dinas Kehutanan diserahkan ke unit III Perum Perhutani Jawa Barat.
Tanggal 6 Agustus 1980 dengan Surat Keputusan Meteri Pertanian diserahkan dari Perum Perhutani ke Dirjen PHPA c.q Balai KSDA III bersama Curug Dago. (Surat Keputusan Meteri Pertanian nomor: 575/kpts/UM/8/1980) seluas 590 hektar.
Dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Tanggal 12 Nopember 1984 beralih dari Taman Wisata ke Arboretum Nasional dengan nama Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda.
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 3/1985 tanggal 14 Januari 1985 ditetapkan sebagaai Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda seluas 590 hektar, pengelolaannya dilakukan oleh Perum Perhutani yang dibina oleh Dirjen PHPA berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 192/kpts-2/1985, Tanggal 30 Juli 1985 sampai dengan 2003.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 yang ditindak lanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 107 kpts-II/2003 Tanggal 24 Maret 2003 Pengelolaan Taman Hutan Raya diserahkan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat c.q. Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Unit Pelaksana Teknis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat.

Kondisi Umum

LETAK DAN LUAS

HIDROLOGI

TOPOGRAFI

BUDAYA

JENIS TANAH

STATUS KAWASAN

IKLIM

Kronologis Pengelolaan

Kunjungi Kami

Kontak Kami

Kami di Media Sosial